Bagi anda yang memiliki HP, berapa lama anda bisa bertahan tanpa membawa HP? sejam, dua jam, sehari atau bisa bertahan sampai berhari-hari? Seperti yang disebutkan di sini, banyak orang yang sangat tergantung dengan HP, bahkan ada yang lebih memilih tidak membawa uang daripada tidak bawa HP atau yang lebih ekstrim 10 menit tanpa HP serasa terkucil dari dunia luar.
Klo saya sendiri, dihitung-hitung sudah 10 hari-an ini HP-ku sengaja tidak diaktifkan sejak awal tahun 2007 sampai sekarang. Penyebabnya tidak lain adalah chargernya si HP ketinggalan di rumah mertua. Bertepatan liburan idul adha dan tahun baru kemarin saya dan istri memilih untuk mudik ke ponorogo, sekaligus silahturahmi ke mertua dan keluarga besar istri di sana. Meskipun barang bawaan yang akan dibawa balik ke surabaya sudah di cek satu persatu sewaktu packing, namun ternyata si charger “memilih” untuk tidak ikut balik ke surabaya.
Dimasa sekarang HP bukan sesuatu yang dianggap barang mewah yang hanya dimiliki oleh orang-orang berduit. Para pemulung-pun sekarang sudah banyak yang memiliki HP, begitu juga dengan tukang-tukang becak yang ada dipinggir-pinggir jalan. Penduduk desa sekarang juga tidak mau ketinggalan, dari jalan-jalan di dunia blog, saya pernah membaca di multiply-nya bundanya kirana juga bercerita kalau beliau pernah diminta membantu mengirimkan paket HP milik seorang TKI (gelap) untuk saudaranya yang ada di kampung.
Banyak alasan yang diungkapkan mengapa harus punya HP. Seorang pelajar SMP/SMU mungkin mengatakan agar tidak dianggap tidak gaul karena teman-temannya banyak yang punya HP. Seorang tukang becak mungkin beralasan agar mudah dihubungi untuk menjemput anak langganannya pulang dari sekolah. Staff marketing maupun pebisnis memiliki alasan untuk memudahkan menghubungi dan bisa dihubungi oleh kolega-koleganya. Walaupun diungkapkan dengan bahasa yang berbeda-beda, namun secara umum untuk mempermudah komunikasi.
Mungkin yang bisa membedakan strata sosial dari pengguna HP adalah merek dan seri HP yang dipakai. Kalau orang yang tingkat strata sosial tinggi, HP yang dipakai adalah HP keluaran terbaru yang memiliki fitur-fitur all-in seperti double digital camera, mp3 player, support 3G, TV, bisa dipakai berbagai macam game-game terbaru, radio, dual jaringan alias bisa untuk CDMA maupun GSM. Bahkan mungkin HP yang berlapis emas atau juga bertabur kristal. Meskipun premis ini tidak sepenuhnya benar juga karena sekarang juga banyak HP dengan fitur-fitur wah seperti diatas yang dijual dengan harga yang bisa dijangkau kantong semua orang.
Dibandingkan dengan orang-orang yang saya kenal dan mengenal saya, saya sendiri juga terhitung masih baru menggunakan HP yaitu sekitar awal-awal tahun 2003, itu pun belinya untuk keperluan komunikasi pengerjaan proyek di pulau sumatra. Sampai sekarang saya hanya 1 kali mengganti HP. HP yang pertama sony erricson T100 yang bertahan sekitar 1 tahunan. Dijual karena ada teman yang ngebet untuk membelinya + sinyalnya jelek kalau berada didalam ruangan (belakangan ternyata dijual lagi karena ada yang mau beli dengan harga lebih mahal dari harga belinya dia ke saya..). Tahun 2004 sampai sekarang menggunakan samsung seri c-100.
Apa masih mau ganti lagi dengan yang lain ? Sepertinya tidak (eh..belum ding.. ). Lha saya pake HP cuman untuk telpon dan sms saja, ngga perlu HP yang canggih dengan banyak fitur a,b,c,d. Cukup HP yang bisa menyimpan banyak nomor telepon dari satu nama kontak dan itu sudah bisa dengan HP tsb. Ditambah pula kondisinya masih cukup bagus, batereinya juga masih baik walaupun fisiknya sudah banyak goresan di sana-sini. Justru malah HP istri saya sudah saatnya harus diganti selain kondisi fisik HP yang batereinya sering drop meski sudah sering diganti ditambah pengen migrasi dari GSM ke CDMA. Saya + istri sendiri memiliki prinsip hanya membeli barang yang benar-benar diperlukan. Jadi meskipun sebagus apapun fitur yang dimiliki, jika memang tidak terlalu dibutuhkan maka tidak akan dibeli.
Berulangkali istri menyarankan untuk segera membeli charger baru pengganti charger yang ketinggalan di ponorogo. Tapi saya sendiri masih enggan membeli, masih pengen menikmati tenangnya hidup tanpa dering HP yang terkadang mengganggu . Saya pernah baca di jawapos edisi cetak mengenai kisah beberapa orang pintar di kampus-kampus (bukan dukun/paranormal lho tapi professor-professor) yang merasa nyaman hidup tanpa HP, sehingga sampai sekarang masih keukeuh tidak mau menggunakan HP. Tapi karena sebelumnya terbiasa menggunakan HP, ada juga tidak enaknya seperti saya menjadi agak susah dihubungi (tapi masih ada email, telpon kantor atau lewat HP istri saya) dan yang paling ngga enak adalah saya jadi sulit mengetahui waktu, karena selama ini saya sangat mengandalkan jam yang ada di ponsel.
Apakah saya akan terus tidak menggunakan HP seperti professor-professor tsb ? Ah tentu saja tidak karena saya juga memerlukan teknologi ini. Dan apakah nanti saya akan sangat tergantung dengan HP? Keberadaaan teknologi adalah untuk memudahkan kehidupan manusia, bukan malah menjadikan manusia tergantung terhadapnya, itu jawabannya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar